Sejak jadi anak kosan, kami begitu setia Pada hal-hal yang berbau instan, mandi Instan, tidur instan, belajar Instan, pacaran Instan, online Instan serta Menyeduh mie instan yang sudah Kami angkat jadi presiden.
Kami lupa merknya. Kami cuma ingat irama Iklannya yang sering kami dengar dan nyayikan di jeda
Pelajaran dan kardusnya yang kami letakkan Di atas lemari pakaian, tempat kami menyimpan Baju-baju, foto-foto, dan asumsi-asumsi Tiap kebijakan yang sering kami bahas setiap Kami ingat, kami ingat kami anak kosan yang Harus baik-baik dalam merencanakan anggaran.
"Mie Instan, Presidenku..."
Kami bernyanyi di tiap jalan,berteriak di jalan-jalan Dengan nama-nama yang tertera, tapi tak kami Kenali. Sampai nama Presiden kami pun yang asli, Kami lupa. Kami disiram gas airmata, ada yang tak
Suka jika mie instan jadi presiden. Kami berhamburan Menjerit-jeritkan mie instan dan irama Yang sudah terlanjur melekat di hati kami
Sampai kami kembali ke ruang kelas.
Di ruang kelas, kami turunkan foto Presiden yang asli, Dan kami gantikan dengan mie instan kesukaan kami Sampai garuda yg menoleh ke kanan itu Menyunggingkan senyuman, tanda setuju Mie instan sebagai presiden kami yang baru.
No comments:
Post a Comment