Ghostwriter: re-packing analogy

Setelah Sekian Lama Absen Karena Kesibukan Dengan Skripsit Alias Catatan Akhir Anak Kuliahan. Heheheee... Nah Sekarang Apa yang harus saya lakukan kalau hanya boleh di rumah, stress belum dapat kerjaan, nggak punya hobi yang bisa menghasilkan, tetapi butuh uang??? Tenang pren, dunia belum berakhir, Laptop atau sejenisnya punya dong???

Seperti biasa, ramuan ajaib saya: niat baik, sediakan waktu, browsing, sedikit taburan gila, siap diramu dan disuguhkan. *selamatmenikmati

Dalam proses googling saya, ada sebuah profesi berkaitan dengan tulis menulis yang masih diperdebatkan: ghostwriter. Bukan penulis cerita hantu seperti R.L Stine, tetapi dalam bahasa Indonesia digambarkan dengan frasa "Penulis Bayangan." Penulis tersebut menulis suatu karya, kemudian menjual karya tersebut berikut hak intelektualnya kepada pihak lain yang memiliki nama besar tetapi tidak memiliki cukup waktu (atau mungkin kemampuan) untuk menulis yang seperti itu. Mari kita abaikan adanya proses review dari yang membeli atau tidak, pertukaran uang dengan karya tersebut sah-sah saja kan. Secara ekonomi, peristiwa tersebut sama saja seperti membeli 1 kg gula pasir putih.

Ngomong-ngomong gula pasir putih (yang kita skip saja proses pembuatannya), kita jadiin contoh saja untuk menjelaskan bisnis yang bermula dari ghostwriter ini: keluar dari pabrik tanpa merek, ke distributor provinsi tanpa merek, dari distributor ke hypermart yang nge-hip (anggap saja namanya Bobon Star Market dengan harga jual yang lebih mahal daripada menjual ke pedagang lain) dan hypermart tersebut boleh mengakui gula tersebut ditanam di kebun tebunya sendiri yang eksklusif, lalu dibeli oleh kalangan atas yang belanja di Bobon Star Market itu dengan harga 2 kali lipat dari harga pasaran gula pasir putih. Apa yang membuatnya mahal? Karena dikemas dalam plastik berlabel Bobon Star Market dan seolah-olah adalah hasil dari tebu yang ditanam sendiri oleh Bobon Star Market dengan eksklusif, padahal sama saja dengan gula pasir putih yang dibeli di warung sebelah rumah Dyah :p

Apa ada yang salah kalau konsumen mau membeli 2 kali lipat harga pasar karena "suatu nama" dan "percaya" bahwa gula pasir tersebut ditanam di kebun Bobon Star Market sendiri? Ada konsumen yang merasa gula tersebut lebih manis, lebih higienis, lebih putih, walaupun sebenarnya sih biasa saja. Kalo kata Syahrini sih: sesuatu banget, hahaha... saking susahnya dijelaskan dengan kata-kata yah gula yang ajaib itu!

Yap, kira-kira seperti itulah karya ghostwriter yang dibeli seseorang yang tenar, lalu dibeli pembaca karena ketenaran nama penulis -- sementara bila karya tersebut diterbitkan dengan nama asli ghostwriter nggak bakal dibeli. Ehem, mungkin nggak sih kalau ghostwriter itu punya ghostwriter lagi, sehingga dia ngambil untung saja dari menjual ke orang yang tenar???

No comments:

Post a Comment